BUMDes Desa Sukadamai yang "agaknya mati suri"

Sabtu, 8 April 2017
Hari sabtu, pada umumnya hari ini adalah hari dimana masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan yang sudah beraktivitas monoton pada lima hari sebelumnya, ingin berleha-leha dan bersantai di rumah, tidak terkecuali saya. Tetapi, nampaknya untuk sabtu kali ini terdapat pengecualin, kerja. Bukan, bukan ke kantor, tetapi saya diajak oleh atasan saya (Pak Anto) untuk mengunjungi kebun lengkuas milik Bina Swadaya Konsultan di Jonggol, Jawa Barat. Selain untuk mengunjungi kebun, agenda untuk sabtu kali ini adalah ingin mengobrol santai dengan anak-anak muda pengurus BUMDes di Desa Sukadamai terkait dengan online marketing (atau Bahasa kerennya sekarang adalah startup/e-commerce) melalui Facebook. Sedikit malas memang, tetapi selain sebagai tanggung jawab, saya juga senang untuk bisa terjun langsung ke lapangan, terlebih sejak masih kuliah saya sudah memiliki pengalaman dalam hal turun langsung ke lapangan mengunjungi pedesaan.
Saya berangkat dari rumah, di kawasan Jatibening, kota Bekasi, sekitar pukul 07.00 pagi dengan menggunakan sepeda motor. Saya janjian dengan Pak Anto di sekitar Cibubur. Setelah bertemu dengan Pak Anto, yang juga membawa anaknya paling kecil, di depan Kota Wisata Cibubur, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk menuju Jonggol. Perjalanan dari Cibubur menuju desa tujuan kami di daerah Jonggol ditempuh ± 1 jam perjalanan.
Sebelum mampir ke kebun dan bertemu dengan anak-anak muda pengurus BUMDes, kami terlebih dahulu berkunjung ke rumah Bu Lurah/Ibu Kepala Desa Sukadami untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami ke desa tersebut. Setelah itu, saya dengan Pak Anto melanjutkan perjalan kembali ke balai desa untuk bertemu dengan anak-anak muda. Sesampainya kami di balai desa, kami bertemu dengan Mas Aput, salah satu anak muda yang menjadi staf di pemerintahan desa. Namun, sayangnya saya dengan Pak Anto tidak dapat bertemu dengan anak-anak muda di Desa Sukadamai karena mayoritas masih bekerja pada pagi hari. Oleh karena itu, kami terpaksa mengurungkan niat untuk berbagi informasi terkait dengan online marketing. 
Walaupun maksud dan tujuan saya dan Pak Anto pada hari itu terpaksa diundur, bukan berarti kedatangan kami tidak menghasilkan apa-apa. Tanpa direncanakan, saya dan Pak Anto bertemu dengan seorang pengurus BUMDes Desa Sukadamai bernama Pak Kosim. Pembicaraan dimulai dengan pertanyaan Pak Kosim mengenai apa maksud kami berdua berkunjung ke desa ini. Kemudian, Pak Anto menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan kami kesini adalah ingin berbagi informasi terkait online marketing untuk bisa diterapkan oleh masyarakat desa, terkhusus untuk anak-anak muda yang seharusnya dapat menjadi generasi yang memiliki semangat untuk maju. Lantas kemudian, pembicaraan beralih topic menjadi BUMDes. Menurut Pak Kosim, di desa ini sebenarnya sudah terdapat BUMDes, namun sayangnya BUMDes ini seperti “mati suri”. Kemudian, untuk memperjelas bagaimana dan mengapa BUMDes ini seperti mati suri, Pak Kosim menjemput Pak Ajid selaku ketua BUMDes Desa Sukadamai. Dalam benak saya, bukan dalam arti saya meremehkan Pak Ajid, ketua BUMDes tersebut masih terhitung berumur muda.

Gambar 1. Pak Anto (membelakangi kamera)
sedang berdiskusi dengan Pak Kosim

Dengan Pak Ajid, Pak Anto lebih banyak membicarakan terkait dengan BUMDes dan apa saja peranan BUMDes dan manfaatnya bagi masyarakat desa. Selepas pandangan saya, Pak Ajid lebih kurang sudah tau apa itu BUMDes, dan benar saja sebelum kami datang ke desa ini kurang lebih beberapa minggu sebelumnya sudah pernah datang dari pihak Bank Artha Graha untuk mensosialisasikan kemandirian masyarakat melalui BUMDes. Namun, menurut Pak Ajid, sosialisasi dari pihak Bank Artha Graha terkait dengan BUMDes seperti tidak ada keberlanjutan dan dibiarkan begitu saja (menurut subjektif saya), hal ini tergambarkan dari penuturan Pak Ajid bahwa dirinya dan rekan-rekan BUMDes lainnya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan setelah sosialisasi tersebut.
Gambar 2. Pak Ajid (kemeja putih) sedang mendengarkan
Pemaparan BUMDes dari Pak Anto


Berdasarkan penuturan Pak Ajid, sebenernya desa ini memiliki beberapa potensi yang bisa dikembangkan, baik dari sektor pertanian seperti jamur dan singkong, dan dari sektor peternakan. Terlebih, di desa ini terdapat beberapa warga yang sudah mengolah beberapa hasil pertanian seperti singkong dan pisang menjadi keripik. Usaha keripik yang sudah mulai dilakukan warga ini masih dilakukan secara perorangan dan rata-rata tidak memaki merk dagang, keripik-keripik ini nantinya akan dijual ke jonggol oleh produsen tersebut. Menurut Pak Anto, pengolahan hasil pertanian ini nantinya bisa diikut sertakan sebagai bagian dari BUMDes, tinggal nantinya apakah produsen tersebut mau mengikutkan usahanya tersebut ke dalam BUMDes dan menjual keripiknya tersebut dengan merk dagang yang dikeluarkan oleh BUMDes. Namun, yang menjadi permasalahan yang dialami oleh BUMDes adalah kurangnya sumber daya manusia yang bisa dimasukkan kedalam kepengurusan BUMDes. Saya belum tahu pasti bagaimana, dalam hal ini Pak Kosim, memiliki pendapat bahwa desa tersebut kekurangan sumber daya manusia, nampaknya hal ini perlu dikaji terlebih dahulu seberapa besar potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh desa, sebab bisa saja yang menjadi permasalahan adalah minat atau pengetahuan masyarakat, khususnya anak muda, yang kurang terhadap usaha mandiri, atau justru mind set yang tertanam dalam pikiran masyarakat hanya tinggal menunggu saja, simpelnya “tinggal jadi”, dan entah kenapa asumsi saya, dilihat dari ekspresi Pak Kosim dan Pak Ajid ketika berdiskusi dengan Pak Anto lebih cenderung pada kemungkinan yang terakhir, mereka sudah dijejalkan berbagai macam sosialisasi terkait BUMDes tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan setelahnya, dan menunggu adanya orang yang membimbing mereka atau bahkan tidak perlu dibimbing, berikan saja dalam bentuk “jadi” kepada mereka. Ini hanya asumsi saya, maafkan keliaran pikiran saya. Tetapi, pada dasarnya BUMDes ini memang perlu dibimbing untuk kembali dijalankan, sebab setidaknya sudah ada niat baik dari Pak Kosim dan Pak Najib, selaku pengurus BUMDes yang “mati suri” ini untuk tetap dipertahankan.
Selepas saya dan Pak Anto berkunjung ke Balai Desa Sukadamai, perjalanan dilanjutkan menuju kebun lengkuas Bina Swadaya Konsultan. Tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan disini, hanya ingin “menengok” bagaimana keadaan kebun lengkuas dan mengabadikan beberapa foto terkait dengan kebun lengkuas tersebut. Berikut foto-fotonya:
Gambar 3. Kebun Lengkuas

Gambar 4. Kebun Lengkuas

Gambar 5.  Pak Anto dengan anaknya
di Kebun Lengkuas

Gambar 7. Kebun Lengkuas

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita Sore Hari