Malam ini, iya, malam ini, saya masih terjaga. Duduk disebuah ruangan, disuatu kota yang akan segera menjadi kota penuh kenangan. Masih mengumpulkan mood untuk mengerjakan tugas yang katanya akhir, entah akhir untuk apa. Saya termenung sejenak, akan melangkah kemana lagi setelah ini? Kalau kata orang, kuliah adalah bekal untuk mencari nafkah, iya mencari nafkah. kalau kata saya, kuliah selain untuk mencari nafkah tetapi juga bekal untuk menjadi budak perusahaan, haha kalau kata Seno Gumira Ajidarma rasanya mengerikan menjalani kehidupan seperti mesin, mesin pengeruk kekayaan bagi segelintir kaum kapitalis. Ya, kalau kata salah satu teman, entah teman seperti apa, saya ini belum paham, haha belum paham, iya belum paham. Saya diejek, jangan menjadi seorang "maha-siswa" (bedakan dengan mahasiswa), kenapa? Iya, jangan sombong menjadi seorang maha dari segala siswa yang ada di tanah yang katanya bumi ini, katanya. Jangan sok idealis, katanya, idealis kamu bisa makan ngga?

haha kurang relaistis apa kalau saya katakan bahwa hampir semua lulusan sarjana adalah budak perusahaan? adalah mesin pengeruk uang? mesin bergaji. nyaman. 

Tapi, saya dianggap terlalu idealis kalau seperti itu. Katanya, saya mengkritisi tatanan yang sudah ada. Lantas apakah saya tidak boleh mengkritik tatanan yang ada? Boleh, katanya. Tapi, ia meyakinkan dirinya bahwa saya akan menjadi orang yang munafik kedepannya.

Iya, saya munafik. Saya tidak menampik kalau nantinya saya juga akan menjadi bagian dari mesin-mesin perusahaan. Saya butuh uang, kapitalis masih dibutuhkan sampai sekarang. Tetapi, apakah mungkin saya akan menjadi masyarakat seperti didalam film V For Vendetta? Saya tahu bahwa ada suatu hal yang tidak beres, tetapi saya hanya diam saja, bermain aman? belum tau ya, jalanin aja.


Note: jangan dianggap serius, ini hanya tulisan orang mabuk, lelah ingin segera memakai toga.

Bonus, untuk semua para budak kapitalis, khususnya kalian, budak ibukota.

"Alangkah mengerikannya,
menjadi tua dengan kenangan
masa muda yang hanya berisi
kemacetan jalan, ketakutan
datang terlambat ke kantor,
tugas-tugas rutin yang tidak
menggugah semangat, dan
kehidupan seperti mesin, yang
hanya akan berakhir dengan
pensiun yang tidak seberapa."

-Menjadi Tua Di Jakarta,
Seno Gumira Ajidarma

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Sore Hari

BUMDes Desa Sukadamai yang "agaknya mati suri"